Pages

Sunday, October 20, 2013

Belajar Lebih Memaknai Peran Agama dari Atheis


Oopss judul yang agak kontroversial jika dibaca sekilas. Well, pertama-tama harus kuperjelas dulu bahwa aku pribadi adalah seorang theis yang tentunya punya agama, dan agamaku adalah kristen.
berawal dari kejadian beberapa minggu yang lalu waktu aku pulkam (pulang kampung) ke Ke Kerasaan, aku bertemu dan berbincang dengan teman kecilku dulu yang uda lama ga kutemui. Aku terkejut dan sangat heran ketika mengetahui bahwa dia telah menjadi seorang atheis. Tentu aku meminta penjelasan melalui berbagai jenis pertanyaan yang akhirnya mengungkapkan alasan dia memutuskan untuk menjadi seorang yang tidak lagi percaya Tuhan itu ada.

Jujur saja aku pernah membuat status “atheis” dikolom agama yang ada di facebook sekitar 3 tahun yang lalu, tapi tentu saja itu ga sepenuhnya dari hatiku, aku hanya ngambek aja sama Tuhan waktu itu karena pikiranku lagi labil dikarenakan berbagai hal (saat itu aku masih kurang bisa mengontrol pikiran). Aku bukan tipe orang yang masuk kategori terlalu religius, aku ga tau banyak tentang isi alkitab (walaupun tiap pagi aku selalu renungan) apalagi bisa menafsirkannya semuanya karena memang menurutku ga semua orang bisa memaknai kata demi kata yang tertulis dalam kitab suci namun aku sangat percaya pada keberadaanTuhan. Disatu sisi aku sangat tertarik mengenai keimanan ini. Disaat seseorang tidak mempunyai iman itulah yang disebut dengan atheis atau “tidak percaya Tuhan ada”.

Sudah sejak lama aku tertarik dengan cara berpikir para atheis ini, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang dengan pemikiran tingkat tinggi, artinya kemampuan logika mereka 2 jempol deh. Aku punya beberapa orang teman yang mengaku atheis dan sangat mengasyikkan bisa bertukar pikiran dengan mereka ya walaupun kadang-kadang aku makan hati ketika perdebatan logika dimenangkan oleh mereka (soalnya iman vs logika menurutku akan dimenangkan oleh logika).

Kebanyakan orang menganggap atheis itu infidel, ga bermoral, ga punya tujuan hidup, orang-orang frustasi, menuhankan logika dan pikiran, komunis, sobanni api narokko (kalau kata orang dikampungku hehe) atau orang-orang calon penghuni neraka. Ini karena orang-orang awam punya stigma yang jelek tentang atheisme. Bahkan para theis langsung menjudge dengan makian dan hinaan para atheis yang mengemukakan pandangannya tentang alasan mereka menjadi atheis. Itu kan hak mereka untuk tidak percaya Tuhan, aku pribadi menilai ga semua atheis seperti itu, ga baik menggeneralisasi gitu, bahkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang intelektual yang punya moralitas tinggi loh, punya jiwa kemanusiaan dan rasa simpati yang tinggi pula. Mereka suka menolong tanpa embel-embel masuk surga atau karena ajaran agama but pure because of their humanity sense. Theis sering beranggapan bahwa “bagaimana bisa seorang yang ga punya kepercayaan bermoral sedangkan orang yang punya kepercayaan saja banyak yang ga bermoral”. Jelas ini klaim yang salah, jadi kalau lah seandaianya membunuh atau mencuri itu ga dilarang agama, apakah theis akan membunuh dan mencuri?. Dalam otak setiap manusia itu ada sirkuit altruisme dan neuron cermin yang membantu manusia mempunyai moralitas. Sirkuit altruisme membuat manusia rela mengorbankan dirinya untuk membantu orang lain dan neuron cermin membuat manusia merasakan kesedihan yang diderita oleh orang lain sehingga melahirkan rasa empati. Artinya bahwa manusia, baik yang beragama, yang percaya Tuhan atau tidak, dapat mempunyai moralitas. Faktanya negara-negara yang penduduknya mayoritas atheis tingkat moralitas dan kesejahteraan hidupnya jauh lebih tinggi dari pada negara-negara yang mayoritas penduduknya theis.

Aku cukup sering melihat perdebatan antara theis dengan atheis di dunia maya maupun di dunia nyata mengenai eksistensi Tuhan, jelas atheis tidak percaya Tuhan ada sementara theis ngotot mengatakan bahwa Tuhan itu benar-benar ada atau terbukti ada dengan segala argumennya. Dalam hal ini aku sebagai theis yang mengimani keberadaan Tuhan jelas tidak setuju dengan theis. Loh kenapa kok ga setuju bahwa Tuhan itu terbukti ada? tapi katanya theis yang percaya Tuhan? Ya justru karena aku percaya Tuhan dengan keyakinan/imanku lah maka aku mengatakan bahwa tidak ada bukti konkrit Tuhan itu ada. Have u got my point? Well, mungkin ini yang agak sulit dimengerti kebanyakan theis makanya debat ga ada titik temunya apalagi theis yang diajak debat termasuk kategori jogal  hehhe. Jadi intinya iman atau kepercayaan atau keyakinan itu timbul dari pikiran kita yang TIDAK PERLU PEMBUKTIAN KONKRIT, that’s we called faith, justru karena tidak ada bukti nyata keberadaan Tuhan maka disebut iman/kepercayaan, kalau ada bukti nyata Tuhan itu ada maka BUKAN iman namanya tapi TAHU. Tolong ya itu dibedakan. Biar debat dengan atheis itu ga berkepanjangan mengenai eksistensi Tuhan, cukup katakan bahwa “aku percaya Tuhan tanpa perlu bukti nyata keberadaannya, namun karena iman yang kumiliki, dengan keimananku lah maka aku percaya dengan sepenuh hatiku bahwa Tuhan ada”. That’s it. Ga perlu kekeh dengan argumen yang  seolah-olah bisa membuktikan bahwa Tuhan itu memang ada dan nyata. Kalau ada theis yang mengaku bahwa Tuhan bisa dibuktikan keberadaannya secara nyata maka dengan kata lain theis itu tidak mempunyai iman karena seyogianya iman timbul bukan karena ada bukti namun kepercayaan yang tidak harus ada bukti. Hope U’ll understand it

Semakin banyak atheis yang tetap pada pendiriannya yaitu tetap tidak mengimani keberadaan Tuhan bahkan data menunjukkan bahwa tingkat perkembangan atheis di berbagai negara semakin meningkat, mengingat banyaknya para theis yang hidupnya acak-acakan, kejahatan ada dimana-mana. Ya, atheis beranggapan bahwa kebanyakan orang yang beragama itu adalah munafik, disatu sisi percaya Tuhan, percaya akan ajaran-ajaran kitab suci akan nilai-nilai kebaikan tapi disisi lain para theis ini ga menjalankannya malah sebaliknya, lari dari koridor orang-orang dengan kategori beriman. Atheis melihat bahwa theis ga lebih baik dari mereka, malah atheis menganggap bahwa hidup beragama itu membuat hidup makin hancur, lihat saja ada perang antar-agama (padahal jelas bahwa agama itu mengajarkan kedamaian), ada korupsi dilembaga/departemen keagamaan, ada pembantaian, kasus pembunuhan dan pemerkosaan dimana-mana, aksi saling ejek antar-agama dimana-mana dll, itu semua membuat atheis menganggap bahwa theis terlalu munafik untuk menyatakan diri beriman. Jikalau seandainya atheis ini ingin mengenal Tuhan lebih dalam lewat agama, pastinya mereka akan berpikir dua kali mengingat banyaknya kontradiksi yang terjadi dalam agama itu. Maka kita sebagai theis yang mengimani, yang percaya akan keberadaan Tuhan agama apapun kita, marilah kita selayaknya bertindak sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan, mari hidup dalam kedamaian, jangan ada gap diantara kita supaya para atheis melihat bahwa memang benarlah kita ini orang-orang yang mengimani keberadaan Tuhan tanpa perlu membuktikan bahwa Tuhan itu nyata adanya, jangan memberikan klaim-klaim mengenai keimanan yang bertentangan dengan logika karena iman itu sendiri bertentangan dengan logika. Kita tunjukkan pada atheis bahwa kita tentu lebih baik dari mereka karena kita punya Iman :)

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

 
-->